2.3.A.9 KONEKSI ANTAR MATERI – COACHING
SINTESIS BERBAGAI MATERI
Oleh:
A.
Kesimpulan
Sebagai seorang guru, hendaknya kita juga berperan sebagai coach mengapa?
Ya, karena sejatinya peran guru adalah menuntun segala kekuatan kodrat
(potensi) agar mencapai keselamatan dan
kebahagaiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Lalu apa itu coaching?
Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi,berorientasi
pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa
kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari
coachee (Grant, 1999). Murid kita disekolah mempunyai potensi yang berbeda-beda,
tugas guru adalah untuk memfasilitasi mereka agar berkembang. Kompetensi dasar
yang harus kita miliki agar menjadi coach yang hebat bagi murid-murid adalah:
1. Keterampilan membangun dasar proses coaching
2. Keterampilan membangun hubungan baik
3. Keterampilan berkomunikasi
4. Keterampilan memfasilitasi pembelajaran
Dari keempat kompetensi dasar di atas, sangat erat kaitannya dengan
pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional. Mengapa?
Karena dalam proses coaching sendiri membutuhkan pendekatan sosial dan
emosional kepada murid. Dimana kita harus bisa membangun hubungan baik,
berkomunikasi yang baik dengan murid, dan memahami kebutuhan-kebutuhan tiap
murid. Jadi dengan menguasai teknik-teknik pembelajaran berdiferensiasi,
pembelajaran sosial-emosional, dan coaching, guru telah siap untuk memberikan
pembelajaran yang berpihak pada murid. Karena dari ketiga pembelajaran tersebut
semuanya berpusat pada murid.
Proses coaching berbeda dengan mentoring dan konseling. Seorang coach
(pemberi manfaat dan pelaksana kegiatan coaching) tidak langsung memberikan solusi atas
permasalah yang dihadapi oleh coachee (penerima kegiatan dan manfaat dari
kegiatan coaching) melainkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan rangsangan
atau pemantik agar coachee menemukan alternatif solusinya sendiri.
Model coaching yang banyak digunakan adalah
TIRTA. Model TIRTA dikembangkan dengan
semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan
coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan
potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan
dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.
TIRTA kepanjangan dari:
T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
Dari
segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita
ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga
ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu
tetap mengalir, tanpa sumbatan.
B.
Refleksi
Untuk mewujudkan
pembelajaran yang berpihak pada murid ternyata tidak semudah membalikan telapak
tangan. Perlu kerja keras dan komitmen dari seorang guru untuk memberikan yang
terbaik bagi murid-muridnya. Salah satu caranya yaitu dengan terus meningkatkan
kompetensinya. Guru dituntut untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan belajar
tiap murid yang berbeda-beda dengan memberikan pembelajaran berdiferensiasi.
Guru harus bisa mengenali emosi dan membangun hubungan sosial-emosional dengan
murid, dan juga guru harus bisa menjadi seorang coach bagi murid-muridnya dalam
rangka mengembangkan segala potensi yang ada pada murid. Guru yang berperan
sebagai coach menunjukan sebuah pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk
itu marilah kita semua belajar dan terus belajar demi kemajuan dan perkembangan
murid-murid kita.
assalamualaikum pak bowo, perkenalkan saya jimmy CGP Angkatan 3 Kab Ketapang Kalbar. ijin share koneksi antar materi nya pak. ATM (amati tiru modifikasi)
ReplyDeleteWaalaikumsalam pak Jimmy..silahkan Bapak...sukses sampai selesai pendidikannya ya..Semangat!!!
Delete